Wednesday, December 12, 2007

DELAPAN PRINSIP PRAKTIS MENJADI ORANGTUA SUKSES

Untuk menciptakan suatu tim olahraga yang solid, kompak dan dinamis, cukup dibutuhkan satu pelatih yang dapat mencurahkan waku dan kemampuannya tanpa reserve. Namun, adalah sulit untuk meciptakan suatu keluarga yang kompak dan dinamis. Karena di dalam keluarga ada dua pelatih yang terlibat di dalamnya. Akan dibutuhkan komitmen baru yang berbeda sama sekali ketimbang sekedar membangun tim olahraga yang kompak.

Untuk menjadi sepasang teman atau kekasih yang saling menyayangi, mungkin tidak begitu sulit bagi pasangan suami istri. Namun untuk menjadi orangtua yang berhasil, dibutuhkan kemampuan mengatur hubungan kerjasama dan kesetaraan yang kompak, yang kerap sangat sulit dan memerlukan perlakuan khusus. Pasalnya, hadir anak-anak di tengah kehidupan pasangan suami istri.
Pasangan suami istri harus bekerja ekstra berat untuk bisa menjadi orangtua yang kompak. Perbedaan latar belakang dan sifat akan mempengaruhi sikap pasangan suami istri menerapkan pola pengasuhan anak. Masing-masing pasangan akan ‘mengklaim’ pola pengasuhan merekalah yang terbaik.

Perbedaan ini, manakala tidak dikomunikasikan dengan baik, justru akan menimbulkan persoalan serius bagi hubungan suami istri, atau hubungan mereka dengan anak-anak. Apalagi, dewasa ini semakin banyak istri memasuki lapangan kerja, sebagai pencari nafkah utama keluarga atau sekedar mendukung pendapatan suami.
Kondisi ini tentu saja ‘mengharuskan’ kaum suami lebih bijak menerima kondisi tersebut. Bahkan, kalau perlu seorang suami megambil cuti untuk menjaga anak-anak di rumah, masuk dapur dan mesin cuci, ketika istri bepergian ke luar kota untuk urusan kantor. Tentu saja kehidupan seperti ini, di tengah nilai-nilai ketimuran yang mengedepan dengan budaya patriarkhi, bisa melahirkan konflik-konflik terbuka maupun tersembunyi bagi pasangan suami istri.

Lalu, bagaimana cara terbaik untuk menghadapi persoalan-persoalan akibat adanya ‘perbedaan’ sifat dan peran itu?

Bagaimana pula mereka dapat membangun keluarga yang kompak dan menjadi orangtua sukses”Darlene Powell Hopson Ph.D, dan Derek S Hopson Ph.D, mencoba memberikan resepnya melalui kalimat-kalimat penuh makna dalam buku mereka ‘Menuju Keluarga Kompak: 8 Prinsip Menjadi Orangtua yang Sukses’. Keduanya adalah ahli psikologi klinis yang mengepalai Hopson Center for Psychologycal and Educational Services di Connecticut, AS.

Prinsip I: ‘Berdamai dengan Masa Lalu’.
“Saya merasa damai dan pasrah mengetahui bahwa masa lalu tidak mengontrol saya. Setiap hari saya memiliki kesempatan baru untuk berhubungan dengan penuh cinta dengan anak-anak dan keluyarga saya”.

Prinsip II: ‘Berdamai dengan Pasangan Anda’.
“Saya menerima pasangan saya seperti apa adanya. Kami tidak perlu harus sepenapat agar menjadi tim yang kompak. Saya akan tunjukkan rasaterimakasih saya kepada pasangan saya, dan belajar untuk membina hubungan timbal balik”.

Prinsip III: ‘Komunikasi Dua Arah’.
“Saya akan mengungkapkan perasaan saya secara terbuka, jelas, dan langsung sambil tetap menghormati pasangan saya. Karena saya percaya cara ini mendorong tumbuhnya dialog yang jujur, bermakna, dan positif di dalam keluarga saya”.

Prinsip IV: ‘Akrabi Lingkungan Terdekat Anda’.
“Lingkungan saya memberi dukungan tambahan yang dibutuhkan keluarga saya dalam perjuangan hidup”.

Prinsip V: ‘Arahkan Perilaku Anak Anda’.
“Saya akan bersikap jelas, tegas dan konsisten menyatakan harapan-harapa saya saat mengarahkan perilaku anak-anak. Namun anak-anak tetap merasa memiliki suara dan pilihan”.

Prinsip VI: Memelihara Hubungan Persaudaraan’.
“Saya akan mencintai semua anak saya sebagai inividu, dan saya akan meluangkan waktu untuk mengatakan kepada mereka bahwa saya menghargai minat mereka”.

Prinsip VII: ‘Pengaruh Teman Sebaya’.
“Meluangkan waktu untuk mengenal teman anak-anak saya merupakan hal penting bagi saya. Dan saya akan mningkatkan hubungan saya dengan anak-anak”.

Prinsip VIII: ‘Waktu untuk Spiritualitas dan Kegembiraan’.
“Saya akan meluangkan waktu setiap hari untuk kegembiraan, melalui senyuman, gelitikan, spiritualitas yang akan memupuk cinta kami”.
Delapan prinsip yang dikemukakan dua pakar psikologi klinis itu tentu saja menjadi salat satu dasar membangun ketahanan keluarga. Bila ketahanan dalam keluarga bisa dibangun demikian solid, niscaya keluarga bersangkutan akan dengan lebih mudah menciptakan keluarga sejahtera dan berkualitas. (sara)
Sumber :
http://www.bkkbn.go.id

No comments: